Studi Kuantitatif (Bagian Pertama)



Ulasan Singkat
Secara definisi umum, kuantitatif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan angka. Itu berarti kuantitatif merupakan sesuatu yang dapat diukur dan dihitung. Terkait dengan penelitian ilmu-ilmu sosial, pendekatan kuantitatif merupakan salah satu paradigma yang digunakan peneliti sosial untuk memahami dunianya. Secara sederhana hal-hal yang mencirikan bahwa suatu studi menggunakan pendekatan kuantitatif meliputi ukuran pada fakta-fakta objektif, fokus pada variabel-variabel, reliabilitas adalah ukuran dan sebagai kunci akan bebas nilai[1], teori dan data terpisah secara independen dari konteksnya, statistik sebagai alat hitung dan analisis, dan peneliti mengambil jarak dengan obyek penelitiannya.

Mengenali Studi dengan Pendekatan Kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif ini lahir dari mazhab positive social science, kaum positivis meyakini bahwa dalam setiap fenomena di dunia selalu berlaku hukum-hukum sebab dan akibat (causal laws). Logika dan alur berpikir kaum positivis ini lebih mengarah pada logika deduktif yang didukung dengan observasi-observasi empiris yang akurat dalam rangka mengungkap fenomena dan mengkonfirmasi seperangkat kemungkinan-kemungkinan dari hukum sebab akibat tersebut. Kemungkinan-kemungkinan tersebut inilah yang kemudian digunakan sebagai alat untuk memprediksi pola-pola besar dari segala aktivitas manusia. Oleh sebab itu pendekatan kuantitatif menggunakan alur berpikir linier, yaitu dalam mengungkap fenomena-fenomena sosial selalu memiliki tujuan dan tahap-tahap yang jelas dan rasional.

Langkah-langkah penelitian kuantitatif
  1. Memilih topik 
  2. Fokus atas pertanyaan 
  3. Mendesain studi 
  4. Mengumpulkan data 
  5. Menganalisa data 
  6. Menginterpretasikan data 
  7. Mempublikasikan / memberikan informasi pada pihak lain.

Desain Penelitian Kuantitatif
Berangkat dari kelinieran alur berpikir pendekatan kuantitatif, hubungan sebab akibat tersebut dapat dijelaskan secara garis lurus, itu berarti selalu memerlukan minimal dua titik acuan. Titik acuan ini kemudian disebut sebagai variabel. Per definisi variabel merupakan suatu konsep yang menjadi sebab dan akibat dalam konteks perubahan. Untuk selanjutnya titik acu ini disisi penyebab kita mengenal variabel bebas (independent variable) dan disisi lain kita mengenal variabel dependen.

Variabel-variabel ini kemudian diobservasi oleh peneliti untuk mengetahui atribut-atribut yang melekat padanya. Atribut ini merupakan suatu nilai atau kategori-kategori tertentu yang terkandung pada variabel tersebut. Perbedaan atribut dan variabel terpisah jelas dari kadar nilai atau kategori yang dimilikinya, sebagai contoh: gender. Gender merupakan suatu variabel karena didalamnya memiliki kategori pria dan wanita. Pria atau wanita merupakan atribut dari gender. Contoh lain misalnya ketika peneliti fokus pada konteks kewanitaan, maka derajat kewanitaan (degree of femininity) menjadi variabel pada konteks ini, yang menjadi atributnya adalah segala hal yang dapat ditangkap sebagai perilaku ataupun ide-ide yang terkait dengan kewanitaan.

Ketika peneliti melakukan studi kuantitatif, mereka selalu mengajukan praduga. Dugaan-dugaan ini kemudian secara sistematis disusun berdasarkan sintesa melalui alur berpikir logis linier yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis. Hipo berarti kurang, tesis berarti pernyataan. Hipotesis berasal dari bahasa yunani yang artinya mengandaikan. Sehingga hipotesis esensinya merupakan pernyataan yang kekurangan akan bukti dan selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya.

Berdasarkan hukum sebab akibat ini, maka dalam pandangan kuantitatif dikenal hipotesis kausal. Hipotesis kausal adalah suatu proposisi yang akan diuji atau suatu pernyataan sementara dari suatu hubungan antara dua variabel. Itu sebabnya hipotesis dinyatakan dalam bentuk netral nilai (value-neutral form). Karakteristik dari hipotesis kausal, meliputi: memiliki minimal dua variabel, hubungan antar variabel adalah sebab akibat, merupakan prediksi atas kondisi masa depan, secara logis terhubung dengan pertanyaan penelitian dan teori, dan dapat diuji secara empiris.

Proses sebelum peneliti mengerucutkan suatu hubungan sebab akibat tertentu, yang terpenting adalah proses dalam mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam objek yang diteliti. Ketajaman intelektual dan kepekaan intuisi peneliti dalam mengangkat masalah untuk menjadi topik penelitian menjadi kunci keberhasilan. Setelah berhasil merumuskan masalah, yang kemudian diikuti dengan pernyataan masalah, dan dipertegas dalam pertanyaan penelitian, maka peneliti merumuskan hipotesis. 

Hipotesis dirumuskan dalam dua bentuk yaitu hipotesis null dan hipotesis alternatif. Hipotesis null merupakan pernyataan peneliti mengenai dugaan atas hubungan kausal tertentu yang dinyatakan secara netral, yaitu praduga bahwa hubungan tersebut tidak ada. Sebaliknya dugaan peneliti yang lain, yaitu bahwa terdapat hubungan kausal dinyatakan dalam hipotesis alternatif. Hipotesis ini yang kemudian yang siap untuk diuji dengan mengukur atribut-atribut yang melekat pada variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut. Hasil dari pengujian itu digunakan sebagai bukti untuk menolak atau tetap menerima hipotesis null.



Sumber: Neuman, W. L., (2001). Social research methods qualitative and quantitative approach (6thed.). Boston: Allyn and Bacon.


[1] Keadaan bebas nilai adalah keadaan dalam ilmu sosial yang menjunjung tinggi obyektifitas, maksudnya adalah ilmu sosial harus terbebas dari pengaruh-pengaruh penilaian moral-politis.

Comments

Popular posts from this blog

Tutorial: Mengunduh Data Keuangan Dari Yahoo! Finance

Membuat Tabel (Siap) Publikasi di Stata

Triangulasi (Metode Campuran)