Triangulasi (Metode Campuran)
Inspirasi metode triangulasi pada ilmu sosial adalah dari membandingkan dari dua sudut pandang yang berbeda terhadap suatu objek penelitian. Sumber gambar: en.wiktionary.org |
Triangulasi ide awalnya adalah menggabungkan dua kekuatan besar pendekatan penelitian. Secara epitemologis, terdapat dua kutub ekstrim paradigma, yaitu positivisme yang ingin selalu menjauh dari objeknya, dengan melahirkan segala metode kuantifikasinya, dan di kutub ekstrimnya adalah selalu ingin mendekat, bahkan ikut melibatkan perasaan sebagai bagian dari pengetahuan. Kemudian triangulasi berkembang tidak hanya terbatas pada penggunaan data (kuantitatif dan kualitatif) tetapi menjadi paradigma baru, yaitu dengan cara mengobservasi sesuatu dari berbagai sudut padang dan perspektif yang berbeda untuk mendapatkan suatu kebenaran atau keakuratan. Pendekatan triangulasi mengedepankan bahwa dalam memahami suatu hal lebih baik jika dilihat dari berbagai arah daripada melihat hanya dari satu arah saja.
Berkaitan dengan penelitian, proses triangulasi dapat beragam. Pertama, bisa dari sisi pengamat yaitu mengamati lebih dari satu pengamat dan menggabungkannya untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik (triangulation of observers). Kedua, triangulasi bisa dilakukan dari sisi teori, yaitu peneliti menggunakan beragam perspektif teori dalam merencanakan penelitian atau menginterpretasi data (triangulation of theory). Terakhir adalah ketika peneliti menggabungkan dua gaya penelitian dan data antara kuantitatif dan kualitatif (triangulation of methods).
Creswell et al. (2002) mengemukakan bahwa triangulasi telah berevolusi menjadi disiplin metode penelitian baru, walaupun masih meninggalkan garis padan (frontier) yang memperbolehkan ilmu pengetahuan untuk menjelaskan suatu persentase yang signifikan atas fenomena yang ada, yang juga masih terbuka untuk menjelajahi isu-isu kritis yang melekat pada atau seputaran fenomena tersebut.
Diagram mekanisme kerja metode triangulasi. Peneliti mengintergrasikan dua hasil interpretasi dari dua mazhab penelitian yang berbeda. Sumber gambar: penulis |
Tanpa memperhatikan bidang studinya, peneliti sebaiknya memahami isu-isu dalam triangulasi. Isu tersebut antara lain, perbandingan asumsi-asumsi filosofis, penentuan kata, pengeksplorasian kemungkinan dan desain yang tepat, penentuan criteria untuk pemilihan desain, dan pengartikulasian tahapan-tahapan dalam membuat studi triangulasi. Peneliti-Peneliti juga harus menentukan criteria untuk mengevaluasi studi, langkah-langkah yang tepat penulisan proposal triangulasi dan pelaporan studi tersebut, dan serta peran akademis dalam penguatan metode triangulasi dalam mendesain pendidikan pasca sarjana secara baik.
Rekomendasi Bacaan
Creswell, J. W., Trout, S. & Barbuto, J. E. (2002), A decade of mixed methods writings: A retrospective. Diunduh dari situs Academy of Management Online http://aom.pace.edu/rmd/2002forum/retrospect.pdf
Neuman, W. L., (2001). Social research methods qualitative and quantitative approach (6thed.). Boston: Allyn and Bacon.
Artikel terkait yang mungkin anda juga tertarik,
Sangat setuju menggunakan triangulasi pada penelitian kualitatif
ReplyDeleteTerima kasih Bung Sugianto sudah mampir berkunjung dan berkomentar. Meskipun triangulasi memiliki keunggulan namun memang diperlukan kemampuan lebih bagi peneliti. Salam
ReplyDeleteTerima kasih tulisanya. Saya sangat menikmatinya.
ReplyDeleteAdakah saran sumber tulisan yg bisa diakses terkait metode metode, spt contoh Focused Group Discussion atau yg biasa dipakai utk meneliti kerja kerja LSM?
Terima kasih
Terima kasih sudah mampir, dukungan anda sangat memotivasi kami. Pada dasarnya teknik FGD adalah salah satu metode pengambilan data yang digunakan dalam riset kualitatif. Anda dapat menggunakan buku Yin, K. Robert (2015) Qualitative Research from Start to Finish, 2nd Ed. New York: Guilford Publications, sebagai acuan. Anda bisa juga download versi edisi pertama di http://bit.ly/2PHZzdj
Delete