Studi Kualitatif
Ulasan Singkat
Mengenal Studi dengan Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif ini melihat dunia bukan dengan angka dan matematika, bahwa dunia dapat dipahami lebih dari hanya sekedar proses berhitung. Cara pandang studi kualitatif lahir dari mazhab interpretive social science. Cara pandang ini yang membuat studi kualitatif menggunakan pemahaman dan perasaan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu mempelajari apa yang menjadi motif dan alasan yang membentuk perasaan internal seseorang dan panduan orang tersebut bertingkahlaku.
Pendekatan kualtitatif memiliki gaya yang berbeda. Pendekatan ini lebih mengutamakan data lunak (soft data) seperti impresi, kata-kata, kalimat-kalimat, foto-foto, simbol-simbol, dan lain sebagainya. Dalam proses penelitiannya pun menggunakan proses yang fleksibel yang tergantung pada konteks dan kasusnya. Ini menyebabkan penelitian kualitatif memiliki alur yang spiral, bukan linier (seperti pada studi kuantitatif/ pendekatan positivistik). Maka dari itu, pendekatan kualitatif bisa mengungkap dan mengkaji secara mendetil kasus-kasus yang muncul pada alur kealamiahan kehidupan sosial. Hasil dari penelitian ini merupakan suatu interpretasi yang otentik, yang sensitif pada konteks khusus sosio-historis.
Langkah-Langkah Penelititan Kualitatif
Berangkat dari argumen bahwa tidak semua yang ada di dunia ini dapat dihitung, studi kualitatif memberikan alternatif lain untuk memahami hal-hal yang ada pada di dunia. Studi kualitatif memiliki cara pengukuran yang berbeda, bahwa peran peneliti menjadi yang utama. Karena peneliti kualitatif menjadi instrumen dalam penelitian ini. Kedekatan dengan objek justru menjadi kekuatan pendekatan kualitatif (walau ini juga menjadi kritik utama dari pesaingnya yaitu studi kuantitatif). Pendekatan kualitatif bercirikan antara lain, mengkonstruksikan realita sosial dan makna-makna budaya, berfokus pada proses atau kejadian interaktif, otentisitas merupakan keunggulan, nilai-nilai hadir dan terkandung di dalamnya, teori dan data melebur jadi satu, dibatasi oleh situasi, sedikit kasus atau subyeknya, analisisnya bersifat tematik, dan peneliti ikut terlibat.
Mengenal Studi dengan Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif ini melihat dunia bukan dengan angka dan matematika, bahwa dunia dapat dipahami lebih dari hanya sekedar proses berhitung. Cara pandang studi kualitatif lahir dari mazhab interpretive social science. Cara pandang ini yang membuat studi kualitatif menggunakan pemahaman dan perasaan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu mempelajari apa yang menjadi motif dan alasan yang membentuk perasaan internal seseorang dan panduan orang tersebut bertingkahlaku.
Pendekatan kualtitatif memiliki gaya yang berbeda. Pendekatan ini lebih mengutamakan data lunak (soft data) seperti impresi, kata-kata, kalimat-kalimat, foto-foto, simbol-simbol, dan lain sebagainya. Dalam proses penelitiannya pun menggunakan proses yang fleksibel yang tergantung pada konteks dan kasusnya. Ini menyebabkan penelitian kualitatif memiliki alur yang spiral, bukan linier (seperti pada studi kuantitatif/ pendekatan positivistik). Maka dari itu, pendekatan kualitatif bisa mengungkap dan mengkaji secara mendetil kasus-kasus yang muncul pada alur kealamiahan kehidupan sosial. Hasil dari penelitian ini merupakan suatu interpretasi yang otentik, yang sensitif pada konteks khusus sosio-historis.
- Membandingkan dan merefleksikan diri peneliti dengan situasinya
- Mengadopsi perspektif
- Mendesain studi
- Mengumpulkan data
- Menganalisa data
- Menginterpretasi data
- Mempublikasikan/ memberi informasi pihak lain
Desain Penelitian Kualitatif
Pendekatan ini melihat bahwa kehidupan sosial bermakna kualitatif, oleh sebab itu peneliti menggunakan banyak perspektif dalam upayanya untuk menjelaskan kasus dan konteks yang ada. Mereka berangkat dari teori dasar (grounded theory) dan secara induktif mereka mengkaji motif-motif, tema-tema, ide-ide, dan perbedaan-perbedaan. Dalam upaya ini, mereka berangkat dengan meminjam ide-ide orang-orang yang ditelitinya dan memahami kondisi lingkungan sekitar sesuai dengan konteksnya.
Peneliti kualitatif mengembangkan teori ketika melakukan pengumpulan data dan membangunnya dengan perbandingan. Disini letak fleksibilitas penelitian kualitatif, karena arah penelitian ini bisa saja berubah mengikuti alur proses temuan-temuannya selama pengumpulan data itu. Peneliti kualitatif menginteraksikan teori dengan apa yang ditemukan. Peneliti juga membuat perbandingan-perbandingan yaitu baik kesamaannya maupun perbedaannya pada saat mengobservasi kejadian untuk membangun teori.
Konteks sosial digunakan dalam memahami ranah sosial dalam pandangan ini, kebermaknaan dari kejadian-kejadian saat itu lah (pada konteks itu) yang ditangkap oleh peneliti kualitatif. Artinya bahwa apa yang terjadi sebelumnya dan apa yang terjadi selama studi itu berlangsung merupakan konteks dari pendekatan kualitatif. Konsekuensinya adalah kejadian yang sama di masa depan akan berbeda dengan konteks yang diteliti, sehingga walaupun kejadiannya sama konteksnya tidak bisa dimaknai secara sama.
Syarat untuk menjadi peneliti kualitatif adalah harus serba bisa. Teknik bricolage (diucapkan brikolas) merupakan kata yang dalam bahasa perancis yang berarti “lakukanlah sendiri”. Teknik ini mensyaratkan peneliti memiliki kedalaman pengetahuan pada material-material seseorang, ketrampilan-ketrampilan yang unik, dan memiliki kapasitas untuk mengkombinasikan hal-hal itu secara fleksibel.
Studi kualitatif sering menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kasus (case-oriented approach). Analisanya tergantung dari kealamiahan kondisinya sebagai contoh adalah kejadian yang merupakan kebetulan dari faktor-faktor spesifik dan kejadian-kejadian di suatu ruang dan waktu. Interpretasi dan penjelasannya rumit dan sering bersifat cerita narasi. Aspek sekuen (kejadian yang runtut dan berkaitan) menjadi perhatian peneliti kualitatif.
Setelah melakukan proses tersebut, peneliti menginterpretasi pertama-tama (first-order interpretation) mempelajari tentang “apa makna dari penelitian” bagi orang-orang yang diteliti. Kemudian peneliti mencoba merekonstruksi dan menjajaki interpretasi pertama (second-order interpretation). Tahap ini menempatkan aktivitas-aktivitas manusia pada koridor perilaku atau kejadian yang berkaitan dengan konteks tertentu. Pendekatan kualitatif juga mencoba menggeneralisasi dengan cara menghubungkan teori pada tahap kedua dengan teori besarnya. Tahap generalisasi ini disebut sebagai third-order interpretation.
Referensi
Neuman, W. L., (2001). Social research methods qualitative and quantitative approach (6th ed.). Boston: Allyn and Bacon.
Comments
Post a Comment