Posts

Showing posts from February, 2017

Amor Vincit Omnia

Image
Ketika ‘Cinta’ berjaya mengalahkan segalanya. Mungkin hal ini terdengar naïve dan tolol. Seolah kita langsung menyandang gelar ‘budak cinta’. Seolah lantas kita terpasung dalam hidup kita untuk serba terjebak dalam mekanisme cara berada, yaitu dengan mengais-ngais rasa dari setiap orang sebagai keutamaannya. Serba berharap dari perjumpaan kita untuk selalu mendapat rasa yang sama. Lantas apakah hal ini salah, apakah ini hal yang memalukan? Apakah memiliki perasaan ‘cinta’ kepada orang lain itu lantas salah? Apakah jika sudah menjadi suami istri, kemudian tidak boleh ‘berperasaan cinta’ kepada orang lain? Ungkapan rhetoris itu pun membuka perihal tentang 'cinta'. Sumber gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/Amor_Vincit_Omnia_(Caravaggio) Hal ini menjadi penting ketika makna ‘cinta’ semakin banal, semakin pragmatis, yang seolah cinta ini sama seperti ‘uang’ fungsinya. Tidak jarang kita mendapat penghakiman dari sekeliling kita, apalagi jika sudah menyangkut beda gender

Ketika mereka berperang mengenai ‘Ada’

Image
Sumber gambar:  https://composerinthegarden.files.wordpress.com/2012/01/spiralshellwp.jpg “Mengapa yang ada itu ada? Bukannya tiada?” pertanyaan tentang ada ini adalah pertanyaan sejak filsafat zaman antik yang hingga kini telah menjadi kisah sepanjang zaman. Masalah tentang ‘Ada’ telah melahirkan berbagai macam pendekatan dan bangunan pilar-pilar ontologis untuk menjawabnya. Upaya pembunuhan metafisika oleh Heidegger yang mengembriokan filsafat eksistensialisme non-theistic, dan oleh Sartre ditegaskan bahwa eksistensi merupakan murni masalah manusia, karena tuhan tidak ada. Bahkan masalah ini pun muncul hingga pada era filsafat post-strukturalis sebagai upaya membangkitkan kembali metafisika oleh Deleuze, yang secara radikal bahwa hasrat manusia merupakan suatu causa sui . Jadi permasalahan ‘Ada’ itu sendiri jelas tidak hanya merupakan permasalahan otentisitas setiap insan manusia, tetapi juga akan menjadi masalah bagi siapa saja yang menjadi anak zaman. Mungkin kita harus