Posts

Showing posts from 2012

Jatuh Cinta Pada Pekerjaan

Pernahkan Anda merasakan jatuh cinta? Tentunya tidak hanya jatuh cinta pada lawan jenis, namun jatuh cinta dapat juga terjadi pada makanan, rumah makan, mobil, merek pakaian, atau mungkin juga jatuh cinta pada profesi atau pekerjaan. Sangat jarang ditemui orang yang tidak pernah jatuh cinta; pada beberapa orang belum waktunya, namun pada banyak lainnya tidak menyadari bahwa emosi tersebut lazim disebut jatuh cinta. Jatuh cinta merupakan emosi manusia yang muncul karena rasa menyukai, menggemari, rela berkorban demi mendapatkan, atau bahkan pengagungan sesuatu yang dicintai. Cobalah ingat kembali, kapankah Anda pertama kali merasakan emosi yang disebut dengan jatuh cinta tersebut. Jatuh cinta membuat orang rela berkorban tenaga, perasaan, waktu, uang, dan hal-hal penting lain dalam hidup rela didedikasikan kepada sesuatu atau seseorang jika telah jatuh mencintainya. Hal ini jarang terjadi jika yang muncul hanyalah rasa minat, tertarik, suka, simpati, maupun empati. Jatuh cinta sering te

For What It’s Worth

Image
The Cardigans, band asal swedia yang mengalami masa-masa keemasannya di era medio dan akhir 90-an, merupakan band yang pernah menempati tangga lagu papan atas di dunia . Sebut saja lagu-lagu seperti Love Fool, For what it’s worth, My Favourite Game, dan Erase and Rewind, merupakan musik-musik era mereka yang terlahir pada akhir tahun 70-an. Musik yang menggaungi telinga setiap pendengarnya yang paling tidak bagi segmen pendengar anak muda pada tahun 90-an. Tadi malam (14 Agustus 2012) mereka menggelar konser di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta. Energi The Cardigans ternyata memang masih luar biasa, Nina Persson, vokalis yang dengan umurnya sudah berjalan menuju kepala empat, ternyata masih memiliki power suara yang luar biasa. Bengt Lagerberg juga menabuh drum dengan gaya yang “masih 90-an sekali” mampu memimpin band keseluruhan hampir tanpa cacat. Secara artist performance, memang mereka bermain sangat bagus, walaupun terdapat beberapa kesalahan-kesalahan minor, tetapi secara

Knowledge for the Knowledge’s sake!

Masih ingatkah kita pada situs penyedia e-book di internet, gigapedia (kemudian berganti menjadi library.nu)? Semangat pendiri situs tersebut adalah menciptakan perpustakaan online raksasa untuk dunia. Akan tetapi akibat gugatan hukum oleh banayk pihak maka gigapedia sebagai sumber e-book di dunia maya terpaksa harus mati.  Dunia open-source merupakan semangat berbagi dari, oleh dan untuk penggunanya, demi masa depan dunia yang lebih baik. Mengutip saran @yanuarnugroho pada sebuah kuliah umum, bahwa di era  open-source ini  apa saja kita harus kita bagikan. Seperti gigapedia mereka memang memberikan e-book tersebut secara gratis, tetapi mereka tidak pernah menganjurkan penggunannya untuk melakukan pelanggaran atas hak kekayaan intelektual (HAKI). Sungguh mulia memang ide tersebut, namun sayang, apa boleh buat, kita tidak hidup di zaman yang setiap orang mau berbagi untuk sesamanya.  Ilmu pengetahuan adalah barang bebas, seperti udara dan air. Barang tersebut disediakan oleh

Citasi Bukan Bahasa Indonesia yang Baku.

Pada tulisan sebelumnya bertajuk citasi, sebenarnya penulis sengaja menggunakan kata yang salah. Penulis disini kemudian menyadari kelemahan penulis sendiri dalam berbahasa indonesia secara benar. Tulisan ini merupakan refleksi penulis dalam berlatih tata tulis yang baku dan sesuai dengan aturan ejaan yang disempurnakan.  Citasi hakikatnya bukan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mengapa demikian? Alasannya adalah kata citasi merupakan kata yang diserap dari bahasa Inggris, tetapi tidak memperhatikan kaidah penyerapan yang benar. Kata tersebut merupakan kata yang diserap secara anarkis dari citation. Mungkin pembaca saat ini mulai bertanya-tanya, seperti apa kata serapan yang benar? Apakah seharusnya menjadi sitasi? Sebenarnya kata sitasi juga salah.  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sudah menyediakan kata dengan perihal kutipan, yaitu sitat (kata benda) yang berarti kutipan, nukilan. Ketika sitat akan digunakan sebagai kata kerja akan menjadi menyitat, yang berpad

Citasi (3) : Praktik Mengutip

Pada seri pertama tulisan ini (lihat:  citasi ) telah dijelaskan apa dan kapan kita membubuhkan kutipan pada tulisan kita. Tulisan kali ini akan membahas bagaimana kita mengutip, Penulis  menggunakan fragmen kertas kerja Dayasmara (2010), dan Brasiano (2011) dan (2012) sebagai contoh.   Sesuai dengan saran dari Neville (2010) bukti kepemilikan ide atas karya seseorang sepantasnya kita berikan, yaitu ketika: kita menggunakan tabel, foto, statistik atau diagram, baik diambil secara langsung ataupun sudah dimodifikasi sendiri. Contoh: Penelitian De Cuyper dan De Witte (2011) menggunakan responden sebanyak 551 pekerja di Belgia yang berbahasa Belanda dan dari sembilan organisasi di dua sektor, yaitu sebuah organisasi besar di bidang jasa sumber daya manusia dan delapan organisasi lain di bidang pendidikan. Tingkat respon penelitian ini 22,4 persen yang dianggap masih dalam rentang tingkat respon penelitian-penelitian sebelumnya. Responden lebih didominasi oleh wanita, deng

Citasi (2) : Penggunaan Menu References Pada Microsoft Word 2007

Image
Dalam penulisan karya ilmiah, hal yang paling merepotkan kita adalah ketika kita membuat daftar pustaka. Daftar pustaka memiliki aturan atau tatacara penulisan tersendiri. Dalam ilmu pengetahuan sosial pada umumnya gaya penulisan daftar pustaka itu mengikuti aturan American Psychology Association, Chicago, atau gaya Turabian. Asingnya kita dalam menulis dengan gaya ini membuat kita cenderung dipusingkan dan menghabiskan banyak waktu untuk melakukan upaya ini. Tidak jarang (pengalaman penulis) melihat mahasiswa dalam melakukan laporan penelitian menggunakan tatacara penulisan daftar pustaka yang campur aduk dan melakukan improvisasi-improvisasi sekenanya. Hasilnya adalah daftar pustaka tersebut disusun berdasarkan gaya-gaya atau aturan penulisan yang berbeda-beda sehingga menjadi campur aduk baik gaya dan bahasa yang digunakannya. Alasan penulis mencatat pada blog ini mengenai tata cara pengutipan dan penggunaan fungsi references pada program Microsoft Office Word 2007TM , karena s

Citasi (1)

Image
Ketika kita berada dalam komunitas ilmiah, kita harus menerima segala norma dan etika yang berterima bersama dalam komunitas tersebut . Hal yang paling krusial adalah perihal penghargaan atas ide orang lain. Pemberian penghargaan ini sebenarnya hal yang cukup sepele, yaitu membubuhkan nama pemilik berikut atributnya (atribusi) pada tulisan kita, ketika menggunakan kalimat, frase, ataupun ide dari pemiliknya. Permasalahannya adalah kita seringkali tidak menyadari, bahwa hal yang sepele itu kemudian akan berakibat fatal pada karir akademis kita. Tidak jarang (dari gosip yang beredar disekitar penulis) seseorang dicopot dari gelar kesarjanaannya akibat tidak melakukan citasi dengan baik, bahkan pernah ada seorang doktor yang dicopot gelarnya akibat lupa tidak membubuhkan sumber pada tabel yang digunakannya pada disertasinya. Karena kelalaian penulis ini akan mengakibatkan tuduhan plagiarisme. Neville (2010, hal. 19) mengungkapkan ada enam skenario yang dapat memandu kita dalam mencitas
Berita buruk lebih cepat tersebar daripada berita baik, terlebih lagi hal yang buruk cenderung lebih teringat di pikiran manusia ketimbang hal yang baik. Dunia marketing menyarankan agar perusahaan membela mereknya dari sentimen negatif yang muncul akibat munculnya berita buruk yang beredar di pasar. Namun penelitian Jonah Berger, seorang asisten profesor di University of Pennsylvania's Wharton School of Business, menyatakan hal yang berbeda. Simak tulisannya yang saya salin kembali dalam blog ini. Semoga memberikan pemahaman baru mengenai berita buruk.  Bad Reviews Can Boost Sales. Here’s Why (Jonah Berger-Harvard Business Review March 2012 p.28) Its time-honored adage: There’s no such thing such as bad publicity. Yet studies have consistently shown that negative news hurts sales. Bad publicity about Tom Cruise is thought to have cost the 2006 movie Missioned in the Impossible III $100 million in ticket sales, to cite just one example. Every so often, though, except

Tujuan Penelitian

Dari posting saya sebelumnya (lihat: penelitian ilmu sosial ), kita bisa mengetahui bahwa penelitian ilmu sosial dapat dibagi dalam beberapa dimensi. Tulisan kali ini akan membahas penelitian sosial ditinjau dari dimensi tujuannya, yaitu paling tidak dapat dibagi menjadi tiga jenis yang meliputi, penelitian exploratori, penelitian deskriptif, dan penelitian explanatori. Penelitian Eksploratori Penelitian Deskriptif Penelitian Eksplanatori Awam dengan fakta-fakta dasar, setting, dan perhatiannya Memberikan sebuah gambaran yang mendetil dan sangat akurat Menguji prediksi-prediksi atau prinsip-prinsip pada teori Menciptakan suatu gambar mental yang umum dari kondisi-kondisi tertentu Menemukan data baru yang bertentangan dengan data lama Membedah dan memperkaya penjelasan-penjelasan pada teori Memformulasikan dan fokus pada pertanyaan-pertanyaan pada penelitian selanjutnya. Menciptakan seperangkat j

Triangulasi (Metode Campuran)

Image
Setelah mengetahui dua studi besar dalam penelitian sosial , tulisan kali ini mengupas mengenai metode campuran (mixed method) atau yang disebut juga sebagai triangulasi (triangulation) . Ide triangulasi berawal dari kritik terhadap pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif yang terlalu kaku selalu berhubungan dengan angka dan hubungan sebab akibat dan penelitian kualitatif yang mengungkap permasalahan berdasarkan konteksnya saja melahirkan metode yang menjembatani dua kelemahan ini.  Inspirasi metode triangulasi pada ilmu sosial adalah dari membandingkan dari dua sudut pandang yang berbeda terhadap suatu objek penelitian. Sumber gambar: en.wiktionary.org Triangulasi ide awalnya adalah menggabungkan dua kekuatan besar pendekatan penelitian. Secara epitemologis, terdapat dua kutub ekstrim paradigma, yaitu positivisme yang ingin selalu menjauh dari objeknya, dengan melahirkan segala metode kuantifikasinya, dan di kutub ekstrimnya adalah selalu ingin mende

Studi Kualitatif

Image
Ulasan Singkat Berangkat dari argumen bahwa tidak semua yang ada di dunia ini dapat dihitung, studi kualitatif memberikan alternatif lain untuk memahami hal-hal yang ada pada di dunia. Studi kualitatif memiliki cara pengukuran yang berbeda, bahwa peran peneliti menjadi yang utama. Karena peneliti kualitatif menjadi instrumen dalam penelitian ini. Kedekatan dengan objek justru menjadi kekuatan pendekatan kualitatif (walau ini juga menjadi kritik utama dari pesaingnya yaitu studi kuantitatif). Pendekatan kualitatif bercirikan antara lain, mengkonstruksikan realita sosial dan makna-makna budaya, berfokus pada proses atau kejadian interaktif, otentisitas merupakan keunggulan, nilai-nilai hadir dan terkandung di dalamnya, teori dan data melebur jadi satu, dibatasi oleh situasi, sedikit kasus atau subyeknya, analisisnya bersifat tematik, dan peneliti ikut terlibat. Sumber:  https://conversionxl.com Mengenal Studi dengan Pendekatan Kualitatif Pendekatan kualitatif ini melihat d