Jatuh Cinta Pada Pekerjaan


Pernahkan Anda merasakan jatuh cinta? Tentunya tidak hanya jatuh cinta pada lawan jenis, namun jatuh cinta dapat juga terjadi pada makanan, rumah makan, mobil, merek pakaian, atau mungkin juga jatuh cinta pada profesi atau pekerjaan. Sangat jarang ditemui orang yang tidak pernah jatuh cinta; pada beberapa orang belum waktunya, namun pada banyak lainnya tidak menyadari bahwa emosi tersebut lazim disebut jatuh cinta. Jatuh cinta merupakan emosi manusia yang muncul karena rasa menyukai, menggemari, rela berkorban demi mendapatkan, atau bahkan pengagungan sesuatu yang dicintai. Cobalah ingat kembali, kapankah Anda pertama kali merasakan emosi yang disebut dengan jatuh cinta tersebut.

Jatuh cinta membuat orang rela berkorban tenaga, perasaan, waktu, uang, dan hal-hal penting lain dalam hidup rela didedikasikan kepada sesuatu atau seseorang jika telah jatuh mencintainya. Hal ini jarang terjadi jika yang muncul hanyalah rasa minat, tertarik, suka, simpati, maupun empati. Jatuh cinta sering terjadi tanpa disadari, namun orang akan tersadar setelah melewati proses dan peristiwa dalam waktu tertentu. Tentunya bukan hal yang asing jika di kemudian hari, orang menyesal karena telah meninggalkan sesuatu atau orang yang dicintai.

Nah, bagaimana dengan jatuh cinta dengan pekerjaan? Apakah memang bisa pekerjaan itu dicintai? Bukankah sebenarnya pekerjaan hanyalah kewajiban karena hidup memerlukan uang hasil dari kerja? Mungkin Anda berpikir demikian, namun perhatikan kalimat berikut ini. “Tidak ada yang lebih buruk daripada menemukan orang yang tidak menyukai apa yang mereka lakukan.” Mereka mungkin hanya berdiri acuh tak acuh tanpa memperhatikan pelanggan yang membutuhkan pertolongannya; atau duduk tak bergeming dengan tetikus dan layar komputer berisikan hal yang sama dari hari ke hari. Uang mungkin memberikan segalanya, dan aku bekerja karena terpaksa inginkan uangnya. Apakah tidak konyol menyiakan waktu hidup dengan keterpaksaan?

Jika memang tujuan Anda adalah untuk mencari uang, maka itulah yang Anda lakukan. Namun hal tersebut tidak akan mengembangkan karir Anda (yang merupakan sumber tambahan penghasilan). Agar berkembang Anda harus memikirkan lebih dari sekedar upah, gaji, atau honor Anda dan jatuh cinta pada bisnis yang Anda geluti. Itu berarti mencintai pekerjaan melayani pelanggan dan klien, mencintai produk yang Anda buat atau jual, dan mencintai aktivitas Anda dalam mencurahkan energi fisik, mental, dan emosional ke dalam pekerjaan Anda tersebut.

Mencintai pekerjaan Anda bukan sesuatu yang tanpa risiko. Tidak ada korelasi antara gaji dan besarnya cinta yang Anda rasakan terhadap pekerjaan Anda. Alkisah seorang wanita penyapu jalan di kota London menuturkan bahwa ia senang karena memiliki jalanan yang paling bersih di London. Ia senang membantu orang yang lewat dengan memberi mereka petunjuk jalan. Apakah kesenangannya membuatnya hidup lebih sejahtera? Subyektif memang, tetapi wanita tersebut mendapatkan penghargaan atas jasanya kepada masyarakat, bukan kekayaan. Malahan, jika Anda mengejar tingkat pendapatan yang lebih tinggi, ada risiko bahwa kecintaan Anda akan berubah menjadi keserakahan. Inilah yang terjadi pada sejumlah pelaku pidana korupsi di Indonesia, apakah mereka benar mencintai pekerjaannya?

Kahlil Gibran dalam buku Sang Nabi mengatakan, “Pekerjaan adalah cinta yang berwujud.” Intinya, jauh lebih baik jika menghasilkan uang 10.000 dari pekerjaan yang Anda cintai daripada 20.000 dari pekerjaan yang Anda benci. Uang tambahan tersebut tidak akan pernah membawa kebahagiaan seperti yang dapat Anda raih jika Anda mencintai pekerjaan Anda. Sudahkan Anda jatuh cinta pada apa yang Anda kerjakan? Cintailah kerjamu, niscaya kerja akan menghidupimu. Cintailah hidupmu, maka hidup akan memberi lebih untukmu.

Comments

Popular posts from this blog

Tutorial: Mengunduh Data Keuangan Dari Yahoo! Finance

Membuat Tabel (Siap) Publikasi di Stata

Triangulasi (Metode Campuran)