Posts

Showing posts from 2022

MRT, Sarinah, dan Arena Ekonomi Kapitalis

Image
Akhirnya di akhir pekan ini aku memutuskan untuk keluyuran, “klintong-klintong” kalau orang jawa bilang. Sudah penat dan jumud rasanya menghadapi keluh kesah orang-orang sekitar yang melulu bercerita tentang kesulitan keuangan. Aku jujur gak habis pikir, salah mereka di mananya, tapi buat aku lebih sulit mengatur keinginan dari pada perihal keuangan. Berbagai ajakan diskusi melakukan start-up perusahaan, pun juga peluang-peluang bisnis aku ingkarkan begitu saja, pura-pura tak tahu dan tak peduli. Mode "pesawat udara" pun menjadi jurus andalan. Kalau untuk klien, aku dengan mudah menolak atau menjadwalkan ulang rapatnya, bilamana mereka meminta waktu pertemuan di hari Minggu. "Tuhan saja memilih untuk menganggur bung, apalagi aku kan!" Jalan-jalan kali ini aku memutuskan tanpa persiapan dan iterinari yang jelas. Tujuannya satu, ngelayap! Seperti biasa setelah mengurus urusan rumah tangga dan birokrasi dari Ibu yang sudah cukup sepuh dan lebih mengambil peran sebag

Kendali Diri, Waktu, dan Menunda Keinginan

Image
Nampaknya manusia memang cenderung tidak rasional. Meski kita ini telah memproklamirkan bahwa era modern adalah era rasional, dan telah berkembang jauh semenjak abad ke-17 waktu Descartes meletakan fondasi kesadaran murni. Bagaimana dengan manusia Indonesia, sudah rasionalkah mereka? Atau, seberapa sadarkah mereka bahwa mereka sudah rasional? Tentu saja, yang tidak rasional belum tentu melulu bermakna negative, tapi apa-apa yang serba tidak rasional itu justru menjauhkan kodrat manusia yang berpikir secara aktif dengan akal budinya. Perkara kesadaran dan berpikir ini memang menjadi problematis. Apalagi perihal ini terjadi di era budaya kapitalisme modern, yang nota bene seringkali produk-produknya memang benar membantu peri kehidupan manusia, namun juga yang khas dari budaya ini adalah daya hipnosisnya dan penghisapannya. Manusia dibuat untuk sebisa mungkin menjauh dari kesadaran murninya, dan terlarut dalam sajian-sajian yang menyerap sumber daya mereka yang paling berharga, ialah wak

Sic Mundus Creatus Est

Image
"Tampaknya, kefanaan ini memang sekonyong-konyong menjadi begitu berharga di hadapan ketiadaan." “Tic Tac Tic Tac Tic Tac…” begitulah yang diucapkan Helge Doppler, ia adalah seorang karakter pada serial film Dark. Ya, semenjak masa pageblug ini melanda dunia, kesadaranku diajak menelusuri lorong-lorong labirin pikiran. Aku pikir aku memang gila ringan, dan menonton tayangan Netflixlah menjadi paracetamol akan hal itu. Ah ya pageblug, apa yang baru dari hal itu, toh sejak zaman Nabi Musa pun juga sudah melanda bangsa Mesir, toh Albert Camus juga sudah bercerita panjang lebar dari sudut pandangnya. Sebuah cerita-cerita yang sejak masa-masa terpenjara di sekolah menengah sudah kunikmati lembar demi lembar bacaannya, terkait bagaimana kita memperjuangkan kehidupan ini secara habis-habisan. Mungkin ada benarnya juga, apabila sedang bergumul hendaknya jangan menonton tontonan yang be-rating tinggi. Sebaiknya tontonlah film-film action atau drama-drama remaja chicklit saja… Ah, ya