Posts

Showing posts from March, 2012

Pilar-Pilar Pembelajaran

Pengantar Belajar adalah sesuatu kegiatan yang sungguh tidak menarik, tidak memberikan kenikmatan dan bahkan tidak pernah menyenangkan. Gambaran tersebut mungkin juga pernah kita alami. Jujur saja ketika saya menginjak bangku sekolah dasar dan menengah merasakan belajar sebagai sebuah kutukan. Saat itu pula saya merasa bahwa belajar itu milik siswa-siswa teladan yang memang mereka secara desain (baca: dilahirkan) memang sudah dilengkapi fitur-fitur “keajaiban” belajar. Mereka dengan mudahnya melahap buku-buku pelajaran sekolah dan bahkan soal-soal latihan diluar pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru kelas bisa dibabat dengan sekali tebas. Sedangkan saya, untuk memulai belajar itu sama seperti ketika dibangunkan waktu subuh dengan waktu beranjak tidurnya sudah kelewat larut. Satu kata, yaitu musuh bebuyutan. Setapak demi setapak batu pendidikan dilalui, anak tangga jenjang akademis mulai didaki. Saya yang dengan kemampuan pas-pasan itu entah mengapa, ya secara “keajaiban” juga diter

Studi Kuantitatif (Bagian Pertama)

Image
Ulasan Singkat Secara definisi umum, kuantitatif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan angka. Itu berarti kuantitatif merupakan sesuatu yang dapat diukur dan dihitung. Terkait dengan penelitian ilmu-ilmu sosial, pendekatan kuantitatif merupakan salah satu paradigma yang digunakan peneliti sosial untuk memahami dunianya. Secara sederhana hal-hal yang mencirikan bahwa suatu studi menggunakan pendekatan kuantitatif meliputi ukuran pada fakta-fakta objektif, fokus pada variabel-variabel, reliabilitas adalah ukuran dan sebagai kunci akan bebas nilai [1] , teori dan data terpisah secara independen dari konteksnya, statistik sebagai alat hitung dan analisis, dan peneliti mengambil jarak dengan obyek penelitiannya. Mengenali Studi dengan Pendekatan Kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini lahir dari m azhab positive social science , kaum positivis meyakini bahwa dalam setiap fenomena di dunia selalu berlaku hukum-hukum sebab dan akibat (causal laws) . Logika dan alur berpi

Bias-Bias dalam Penelitian (1)

Image
Human beings are poor examiners, subject to superstition, bias, prejudice, and a profound tendency to see what they want to see rather than what is really there. -M. Scott Peck -   Sumber Gambar:  http://patrioticpat.com/wp-content/uploads/2013/02/truthlies.gif   Tulisan kali ini akan membahas mengenai bias-bias yang mungkin muncul dalam penelitian yang Anda lakukan. Tentu saja, bahwa kehadiran bias akan berdampak pada hasil riset anda yang tidak memberikan informasi atau menyimpulkan fakta-fakta yang tidak seharusnya. Kesalahan dalam hasil penelitian ini tentu saja sangat berbahaya apabila data temuan digunakan dalam pengambilan keputusan. Untuk itu paling tidak dalam penelitian kuantitatif , anda, sebagai peneliti dapat mewaspadai berbagai bias seperti dibawah ini: 1. Data-Mining (Pengolahan Data) Ini terjadi apabila peneliti terlalu berlebihan dalam menggunakan data yang sama atau yang saling terkait. Kesalahan dalam menggunakan data ini merupakan hal yang vital

Penyakit Aneh Para Penulis

Image
Mengawali sebuah tulisan sering kali membuat kita tiba-tiba seperti “stuck in the moment” , tidak tahu harus menulis apa, pikiran tiba-tiba menjadi hilang, jari-jari terasa kaku, dan kemudian disusul rasa panik bahwa seolah bahwa kita tidak mampu melanjutkan tulisan kita. Akibat dari kondisi psikologis ini, tentu saja pekerjaan tidak akan pernah selesai. Keadaan ini bisa berlangsung singkat dan bisa juga berlangsung lama tergantung dari sejauh mana ide yang muncul sudah terlalu kering atau dianggap (oleh diri sendiri) tidak memadai untuk hadir sebagai sebuah tulisan. Writer’s Block adalah keadaan dimana penulis mendadak kehilangan kemampuannya untuk menulis. Kondisi ini bisa saja menjangkiti siapa saja, tidak hanya seseorang yang tidak pernah menulis atau tidak punya kebiasaan menulis, para ahli pun (baca: sastrawan, wartawan, penulis buku, peneliti dan sebagainya) tidak jarang pernah mengalami kondisi ini. Tingkat infeksi dari kondisi ini juga beragam tapi biasanya keadaan ini

Just Brand or Cultural Icon?

Image
“History repeats itself” begitulah kata orang-orang. Ya, sejarah memang berulang! Kita selalu tersadar ketika kita menengok cerita di belakang bahwa kita menapaki cerita yang kurang lebih sama. Dalam hal marketing, kita dapat membuat keajaiban untuk menjual produk secara masif, tetapi membuat produk tersebut menjadi bagian dari budaya itu tantangan lain. Sebut saja merek-merek yang sudah menjadi simbol-simbol budaya, seperti Converse Chuck Taylor All Star, Ray Ban Wayfarer, Ray Ban Aviators, Levi’s 501, Cocacola, McDonalds BigMac, Swiss Army Knife, Dr. Martens 1460, LEGO, Swatch, Zippo, dan lain sebagainya. Cerita dibalik brand tersebut yang sudah menjadi bagian dari budaya modern. Simbolisasi peradaban modern yang dari dahulu hingga sekarang sudah mendunia dan menjadi top of mind dari setiap orang yang terkena dampak laju modernisasi. Misalnya sepatu Converse Chuck Taylor Allstar yang tak pernah lekang akan zaman, Dr. Martens 1460 yang belum lama merayakan 50 tahun dengan