Just Brand or Cultural Icon?




“History repeats itself” begitulah kata orang-orang. Ya, sejarah memang berulang! Kita selalu tersadar ketika kita menengok cerita di belakang bahwa kita menapaki cerita yang kurang lebih sama. Dalam hal marketing, kita dapat membuat keajaiban untuk menjual produk secara masif, tetapi membuat produk tersebut menjadi bagian dari budaya itu tantangan lain. Sebut saja merek-merek yang sudah menjadi simbol-simbol budaya, seperti Converse Chuck Taylor All Star, Ray Ban Wayfarer, Ray Ban Aviators, Levi’s 501, Cocacola, McDonalds BigMac, Swiss Army Knife, Dr. Martens 1460, LEGO, Swatch, Zippo, dan lain sebagainya.

Cerita dibalik brand tersebut yang sudah menjadi bagian dari budaya modern. Simbolisasi peradaban modern yang dari dahulu hingga sekarang sudah mendunia dan menjadi top of mind dari setiap orang yang terkena dampak laju modernisasi. Misalnya sepatu Converse Chuck Taylor Allstar yang tak pernah lekang akan zaman, Dr. Martens 1460 yang belum lama merayakan 50 tahun dengan berbagai cerita perjuangan sub-budaya, Ray Ban Wayfarer yang hampir selalu muncul kembali dikalangan anak muda, Cocacola minuman berkarbonasi dalam kemasan yang selalu ada dari masa ke masa, Pisau Swiss Army yang tidak pernah mengubah desain lipatannya.

Banyak produk yang sangat inovatif pada masanya, tetapi hanya sedikit yang masih bertahan hingga sekarang. Apakah produk-produk tersebut hanya produk inovatif dan dibungkus dengan pencitraan merek atau lebih dari itu produk yang sudah menjadi warisan budaya, produk yang menjadi ikon pergerakan sosial? Akankah produk-produk ini beserta merek-merek ini akan terus berjaya mengikuti roda zaman? Jika memang sejarah berulang, sejarahlah yang akan menjawabnya.

Comments

Popular posts from this blog

Tutorial: Mengunduh Data Keuangan Dari Yahoo! Finance

Membuat Tabel (Siap) Publikasi di Stata

Triangulasi (Metode Campuran)