Posts

Showing posts from December, 2016

Kaleidoscope 2016

Setelah cukup lama tinggal dan mengabdi di menara gading, tanpa romansa dan hanya ingatan akan luka.. Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan kota penuh sejuta nostalgia. Kulempar dan kulepeh begitu saja segala pil-pil pahit yang ditawarkannya kepadaku. Pil kekuatan, Pil kepandaian, Pil kehormatan, Pil keaggungan, Pil apa lagi... apapun itu terasa pahit dan sulit dicerna. Segalanya adalah racun-racun bagi tubuhku ini... Untuk apa itu semua? Untuk dunia...? Aku memutuskan kembali pulang ke kota kelahiranku, untuk mempersiapkan segala impian yang tak kunjung nyata. Mimpi yang mulai menjadi ilusi. Kesemuan dibalik idealisme diri... Hmm..tidak, aku hanya pulang sebentar, hanya untuk menyiram tanaman-tanaman yang hampir kering.. tanaman yang kelak akan menjadikan tempat bernaung buat aku dan kamu dikala hujan deras. Toh ini hanya masalah di kesementaraan. Aku hanya butuh tempat embarkasi sebelum melompat ke momentum yang lain lagi. Berat hati... Sesak dan khawatir... Akan tetapi

Pilar Pertama: Mental—Kecurigaan dan kedalaman pemikir seorang Soliter

Image
Sumber: http://saimg-a.akamaihd.net/saatchi/7488/art/1410234/674710-7.jpg Suatu hari aku membaca ulasan dalam blog seorang yang berprofesi pengajar . Dia begitu berapi-api, menarik dan menyulam berbagai benang pemikiran. Kesibukannya yang mencoba memahami realitas interaksi manusia, homo homini socius dibedahnya tanpa ampun. Buah-buah pemikiran dari nama-nama besar pemikir sosial pun menjadi bintang-bintang paling terang di antara gelapnya langit semesta. Tulisannya tidak mudah dikunyah, penuh dengan konsep dan konstruk, teori dan eksplanasi. Ketika aku membacanya pun mungkin secara naif aku dapat segera percaya, toh ketika aku membaca profilnya, ia menyandang gelar tertinggi yang dapat diraih seorang mahasiswa dalam pendidikan formal di negeri ini. Namun seorang guru pernah berujar, untuk menaruh curiga terhadap siapa saja yang mengklaim dirinya adalah sumber kebenaran, para filsuf dan sejenisnya.    Ada rasa kurang nyaman dan sekaligus kecurigaan. Bukan berarti aku mel

Anomali

Image
Pagi ini aku membuka buku yang tadi malam kubeli dari toko. Kubedah pembungkus plastiknya dan lalu kucoba buka secara asal pada bagian halamannya, tanpa disangka aku tiba pada halaman berjudul ANOMALI: PR BANGSA! Menarik, ketika membuka teks hari pada hari kemerdekaan dan sudah hadir sebuah anomali. Namun aku jauh lebih terhenyak lagi ketika merunut untaian kalimat dan kata yang berhasil menghentikanku untuk mampir sejenak, …Anomali di ranah rasa: kegagalan relasi cinta atau interaksi rasa merasai (Sutrisno, 2013, hal.74). Hmm.. aku hanya sanggup menghela napas panjang. Kata anomali bukan terma asing untukku, bahkan justru kata itu menjadi pekerjaan panjang dalam ranah positivistik, yang baru berhasil kupecahkan secara sebagian. Namun ternyata anomali ini tidak hanya merepotkan di pasar modal, namun juga merepotkan pada level negara? Anomali tentu saja sebuah kata yang jamak dan tidak mengandung kesan berbahaya bagi awam. Namun bagaimanakah bagi si anomali itu sendiri? Apakah