Logika dan Prinsip-Prinsip Ekonomi

post hoc ergo propter hoc
"after this, therefore because of this”
cum hoc ergo propter hoc
"with this, therefore because of this"
Courtesy of: http://earthsharing.org/
Baca juga lanjutan dari artikel ini di bagian kedua!

Homo economicus seperti apa yang diungkap oleh John Stuart Mill, yaitu ketika manusia berperan sebagai agen ekonomi terhadap manusia lainnya. Dengan segala konsekuensinya dari definisi ini, manusia pada hakikatnya akan menjadi makhluk yang secara konsisten bertindak rasional dan memiliki keinginan pribadi yang sempit, demi pemenuhan keinginan diri sendiri. Tentu saja bahwa segala tindakan yang dilakukan manusia dengan pribadi tipe ini (selanjutnya disebut Econs*) tidak terlepas dari proses berpikir rasional dengan segala alasan dan penjelasannya. Mengingat bahwa Econs tidak terlepas dari Econs dan manusia berpribadi lainnya+, maka dalam hubungannya pada tingkat masyarakat tentu saja tidak akan terlepas dari kompleksitas hubungan-hubungan antar fenomena yang ada. Alasannya adalah bahwa penjelasan dalam masalah ekonomi, tidak serta merta dapat disederhanakan begitu saja, karena memiliki faktor-faktor (variable-variabel) yang sangat banyak. Hal ini akan dengan mudah mengaburkan Econs dalam mengungkap fenomena dan menjelaskan masalah ekonomi. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi, ketika Econs memberikan penjelasan seputar ekonomi, yaitu (Samuelson & Nordhaus, 2010):

1. Kesalahan Post Hoc (the post hoc fallacy), hal ini terjadi apabila kita mengasumsikan suatu kejadian akan menyebabkan kejadian berikutnya.

Jika X terjadi, dan kemudian Y terjadi
Sehingga, X menyebabkan Y

Contoh: Ayam jantan berkokok sebelum matahari terbit, maka ayam menyebabkan matahari terbit, dan sehingga jika kita ingin matahari tidak terbit, apabila ayam tersebut mati (atau tidak berkokok lagi).

2. Kegagalan dalam menerapkan ceteris paribus (hal-hal lain dianggap tetap/konstan, atau tidak mempengaruhi—bdk. mutatis mutandis), terutama terkait dengan waktu, bahwa untuk menjelaskan fenomena ini tidak bisa begitu saja disederhanakan dengan ceteris paribus (seolah menghentikan waktu, dan dilakukan pengamatan). Ceteris paribus akan berguna ketika menganalisa dampak dari faktor-faktor pada sistem ekonomi.

3. Kesalahan komposisi (the composition fallacy), yaitu ketika kita mengamati dan menganalisa sebagian dari keseluruhan (pars pro toto), menganggap bahwa amatan tersebut merupakan kebenaran dan mampu mewakili kebenaran atas keseluruhannya. Bahwa ekonomi berlaku secara sistemik, sehingga kejadian hubungan dalam konteks ekonomi merupakan perilaku banyak individu yang berinteraksi. Bahwa perilaku keseluruhan (pada umumnya) sering kali berbeda dari perilaku individu.

Mengapa kita perlu memahami cara berlogika ekonomi dengan benar? Karena, disini ekonom, mencoba menjawab dan membangun argumentasi atas fenomena ekonomi, yang tidak hanya masalah kelangkaan dan distribusinya saja namun hal yang lebih luas yaitu dampak kepada masyarakat. Terdapat tiga pertanyaan atas fenomena ekonomi dan kaitannya dengan sepuluh prinsip pada ilmu ekonomi (Mankiw & Taylor, 2014), yaitu:

1. Bagaimana manusia (Econs dan yang lain) membuat keputusan?
  • Manusia selalu menghadapi trade-offs (terdapat pilihan A atau B, jika memilih A konsekuensinya tidak mendapatkan B, dan begitu sebaliknya—mutually exclusive, zero sum game).
  • Biaya atau Kos dari sesuatu adalah suatu pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu.
  • Econs (manusia rasional ekonomi) selalu mengejar keuntungan.
  • Manusia selalu akan menanggapi insentif. 
2. Bagaimana manusia saling berinteraksi?
  • Perdagangan dapat menjadikan siapa saja lebih untung/kaya.
  • Pasar biasanya merupakan jalan yang baik untuk mengatur aktivitas ekonomi.
  • Pemerintah kadang-kadang dapat meningkatkan outcome (hasil dari banyak hasil) pasar.
3. Bagaimana ekonomi secara keseluruhan (sistemik) berjalan?
  • Standar hidup masyarakat di suatu negara ditentukan oleh kemampuan negara itu untuk menghasilkan barang dan jasa.
  • Harga akan meningkat, ketika pemerintah mencetak terlalu banyak uang.
  • Masyarakat selalu menghadapi trade-off jangka pendek, antara inflasi dan pengangguran.  
Meskipun dalam keseharian kita tidak dapat lepas dari perilaku Econs dengan, menghindari kesalahan-kesalahan logika, niscaya dapat menghasilkan penjelasan pada tiga pertanyaan besar dari fenomena ekonomi seperti diatas.

Sumber gambar: http://sd.keepcalm-o-matic.co.uk/i/keep-calm-and-ceteris-paribus-14.png

---------------------------------
[*] Menggunakan istilah dari Richard H. Thaler (2015) untuk menghadirkan karakter fiksi manusia ekonomi.
[+] Misalnya pribadi Homo Reciprocans, manusia yang bertindak karena keinginannya untuk meningkatkan keadaan sekitarnya.


Referensi:


Mankiw, N. G., & Taylor, M. P. (2014). Economics. Andover, United Kingdom: Cengage Learning EMEA.
Samuelson, P. A., & Nordhaus, W. D. (2010). Economics (19th ed.). New York: McGraw-Hill/Irwin.
Thaler, R. H. (2015). Misbehaving: The Making of Behavioral Economics. New York: W.W. Norton & Company, Inc.

https://en.wikipedia.org/wiki/Homo_economicus

Comments

Popular posts from this blog

Tutorial: Mengunduh Data Keuangan Dari Yahoo! Finance

Membuat Tabel (Siap) Publikasi di Stata

Triangulasi (Metode Campuran)