Seri Belajar Pasar Modal (1): Pengantar

“Lho, kegiatan lo sekarang main saham, brur? Tanya Supri kepada kawannya Susilo.
“Iya, nih! Baru mulai sih, masih belajar-belajar juga ini, emang kenapa gituh?” Tanya Silo balik,

“Yah, enggak… sebenernya gue sih dah kepingin lama, cuma takut aja, kan banyak cerita-cerita orang tuh, banyak yang jadi bunuh diri gara-gara main saham. Nah, gue kagak paham dah tuh, kenapa? Lagi pula, main saham bukannya kayak judi yah brur, takut dosa gue?”

Permainan judi adalah bentuk permainan yang tidak fair, karena bandar judi sudah menetapkan aturan yang selalu memenangkan dirinya. Sedangkan, di pasar modal perdagangan saham bukanlah seperti judi, tetapi ada suatu peraturan berdagang yang menguntungkan semua pihak, yaitu: pedagang, pialang, dan institusi pasar modalnya sendiri. Sumber gambar: https://www.forbes.com

“Ah gila, lo.. jangan gampang percaya ah sama yang kaya-kaya gitu, itu cuma alesan orang yang kagak ngerti aja pasar modal tuh gimana… yang gitu-gitu tuh cuma mitos kali brur, selama ini gue di pasar modal ya sama aja kaya punya kios lapak di pasar, cuma ya barang dagangannya namanya sekuritas…” Lantas, Silo menyanggahnya.

“Busyet, lo keknya fasih beneran soal saham ini, belajar sama siapa sih lo?”

“Ada lah, orang di lingkungan gue.. dia yang banyak kasih gue motivasi sama ngeyakinin gue buat cari duit tambahan di pasar modal. Habisan, lo tahu kerjaan gue kayak apa, bisa-bisa kalau anak gue nanti butuh duit buat uang pangkal kuliah apa nikah gak mungkin kan gue ngandelin gaji gue aja, yah kali masa gue mau ngutang sana sini, malu lagi kalau kagak bisa ngebayarnnya ntar, seandainya nyicil pun sama aja bertahun-tahun gue hidup paceklik…ngeri ah…”

“Eh, nih orang bikin kelas belajar saham apa gimana sih ceritanya, mau dong gue ikutan, yah coba-coba dulu aja, siapa tahu gue semakin tertarik dan yakin…” pinta Supri.

“Hmm, yah kalau orangnya langsung gak terlalu gue, waktu itu gue lagi iseng-iseng ke kantor paroki, niatnya sih mau cari info lowongan kerjaan baru, eh malah ketemu Mas Niko dan Pak Michael, trus ngobrol dan berbuntut diajak lah gue sama mereka buat datang kelas “Belajar Investasi” ya kegiatannya PSE juga,… ya udah gue datang karena udah terlanjur ngeiyain dan namanya dah kadung janji kan gak enak…”

“Oh, gitu… trus? Lo dapet apa aja dari kelas itu?” Tanya Supri semakin investigatif.

“Ya, sebenernya ngobrol-ngobrol aja soal mengelola keuangan pribadi dan berinvestasi sebagai bagian dari tanggung jawab terhadap diri sendiri dan keluarga…  eh, kalau lo mau gue ada sih, nih gue kirimin ke WA lo ya.. tunggu sebentar gue cariin dulu” Silo pun mengirimkan catatan tersebut dan Supri pun lantas membukanya dan membacanya.

*** 

Tanya Jawab Persoalan Mitos di Pasar Keuangan

Apakah ‘berinvestasi’ sama dengan ‘berjudi’?
Tidak sama, berinvestasi adalah sama dengan berjudi adalah suatu kekeliruan berlogika. Biasanya orang-orang yang mengatakan investasi sama dengan judi adalah orang-orang yang menggunakan argumentasi dengan premis-premis yang dipercaya secara membuta. Argumentasi penolakan investasi yang sering digunakan adalah analogi transaksi jual-beli dengan produk yang kondisinya belum jelas. Produk di pasar keuangan adalah jelas, bentuknya adalah surat berharga, kandungannya adalah hak maupun janji. Hal ini sama dengan interpretasi dengan buah. Buah yang masih muda, kandungan manfaat gizinya tidak akan sebaik buah yang matang. Pasar keuangan tidaklah menjual pepesan kosong, pasar keuangan memiliki aturan yang ketat apalagi terkait dengan pemberitaan informasi kepada publik. Produk-produk di pasar keuangan mengejawantahkan suatu mekanisme penciptaan nilai ekonomi akibat operasional dan produktifitas yang jelas pada perusahaan. Hal ini berbeda dengan judi yang tidak mewakili suatu penciptaan nilai apapun. Judi adalah suatu ‘janji surga’ belaka, karena menang-kalahnya seseorang ditentukan oleh bandar judinya, yang sudah lebih dahulu mengetahui hasil pertaruhannya. Berjudi adalah permainan yang tidak fair (adil) karena pihak yang menang tidak akan menikmati seluruh hadiah taruhannya, karena akan dipotong oleh bandar judinya. Sedangkan, di pasar modal, meskipun ada pembebanan biaya transaksi, ini sifatnya hanya kecil sekali, bukan pemotongan dari produk sekuritas yang diperjual-belikan.     

Apakah berinvestasi itu dosa, dan merupakan bentuk tipu muslihat setan?
Investasi tidak ada hubungannya dengan dosa, apalagi produk alam gaib. Investasi adalah produk turunan dari pemikiran modern, yaitu alam pikir dengan segala bentuk metafisika (alam gaib termasuk di dalamnya) sudah ditolak dan dibuktikan tidak masuk akal, dan tidak berlaku lagi. Artinya, kesalehan anda jangan dipertautkan dengan produk-produk rasional, dalam hal ini eksistensi anda, termasuk modus tindakan saleh anda berbeda dan terpisah dengan alam rasional (meskipun ada rasionalisasinya juga), kesalehan adalah ruang privat kerohanian anda, ruang pribadi dan intim anda dengan Sang Khalik. Begitu pula alam metafisika dan mitos pun sama saja dengan produk yang kondisinya belum jelas, hanya dimungkinkan ada secara akal budi. Investasi adalah suatu cara rasional dan upaya masuk akal seseorang untuk mengantisipasi masa depannya, dengan mengelola kekayaan yang dimilikinya saat ini. Jika anda masih percaya bahwa setan itu ada, bagaimana anda membuktikan bahwa diri anda bukan setan itu sendiri, dan begitu pula juga setan pun bukan bagian dari diri anda? Alih-alih mempertautkan antara setan dan pasar modal, lebih baik anda memeriksa apakah perusahaan-perusahaan yang telah tercatat dan sahamnya diperdagangkan di pasar modal, telah bertindak secara legal, etis, dan demi peningkatan tata laku hidup masyarakat di dalam setiap jengkal pelaksanaan kegiatan usahannya.

Apakah Pasar Modal hanya diperuntukan bagi orang-orang kaya saja?
Tentu saja tidak, hanya saja akses pasar modal memang sedemikian lebih mudah bagi orang-orang kaya. Hal ini tercipta karena memang pasar modal diperuntukan mempertemukan pihak-pihak yang surplus (berkelebihan) dana, dan pihak-pihak yang mengalami defisit (berkekurangan) dana. Orang-orang kaya adalah pihak-pihak yang memeliki kelimpahan dana ini. Akan tetapi, anda pun dapat berinvestasi di pasar modal, dengan disiplin keuangan dan pengelolaan yang tepat. Kenyataanya, pasar modal adalah milik siapa saja yang memiliki kelebihan dana, dan secara sukarela pihak tersebut peduli dengan keadaan dirinya di masa depan, yaitu agar senantiasa berkecukupan ketika mengkonsumsi. Justru kehadiran pasar keuangan adalah diperuntukan bagi semua orang, agar dapat mengakses dan menikmati ‘kue’ ekonomi secara lebih adil.

Apakah waktu yang diperlukan agar seseorang bisa berinvestasi di pasar modal cukup lama?
Tentu saja tidak ada persiapan khusus, ketika seseorang ingin berinvestasi di pasar modal. Sudah banyak produk-produk pasar keuangan yang dapat mengatasi hal ini. Sebagai contoh: Reksadana (mutual fund) tidak membutuhkan bahwa seseorang itu memiliki pengetahuan yang mumpuni ketika bertransaksi. Dengan ikut serta membeli produk reksadana, anda berarti sama mempercayakan kelebihan-kelebihan dana anda kepada manajer investasi. Akan tetapi, dalam hal ini pengetahuan terkait dengan produk-produk keuangan (financial literacy) tetap diperlukan, sedikit ilmu bukankah lebih baik, alih-alih tidak tahu sama sekali. Ada sebuah petuah bijak yang tepat dalam hal ini, apabila anda tidak mengetahui sesuatu itu, jangan bertindak apa pun juga terkait hal itu. Hal ini berlaku juga di pasar modal, jangan pernah berlayar ke samudra raya, apabila anda tidak memahami alam dan menguasai navigasi. Ilmu ekonomika keuangan merupakan wujud dari navigasi ini, mekanisme pasar adalah alam keuangan. Jadi, tidak ada salahnya anda berkorban sedikit baik waktu dan uang anda untuk mencari informasi dan mempelajarinya.

Untuk memulai berinvestasi, tidak memerlukan persiapan apa pun, sama halnya seperti belanja di pusat pertokoan saja?
Tentu saja tidak demikian, untuk memulai berinvestasi sangat membutuhkan pengetahuan yang cukup. Sesungguhnya pun, belanja di pusat pertokoan juga perlu mempelajari karakteristik dari pusat pertokoan itu. Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan, yaitu sebagai berikut: Pertama, cari informasi sebanyak-banyaknya tentang ilmu manajemen keuangan dan portofolio investasi. Sudah banyak beredar dokumen-dokumen di dunia maya yang membahas mengenai pelajaran investasi. Namun, alangkah lebih baik menggunakan sumber-sumber yang terpercaya dan resmi. Artikel ini, bukanlah sumber rujukan utama, tapi dapat memberikan arahan dan petunjuk kepada anda untuk mengakses sumber-sumber terpercaya. Investasi adalah persoalan membeli suatu perusahaan/bisnis, bukan sekedar membeli dan lalu menjual surat-surat berharganya saja. Ketika anda memutuskan untuk berinvestasi, ada baiknya anda membiasakan terlebih dahulu membaca koran-koran atau menonton berita televisi yang mengulas persoalan ekonomi dan keuangan. Bisa juga anda selalu mengikuti podcast atau postingan di sosial media, agar anda dapat selalu update informasi setiap harinya. Kedua, sebelum melakukan transaksi nyata di pasar modal atau pasar keuangan, ada baiknya anda melakukan simulasi perdagangan, dan memahami mekanisme perdagangan dan beserta aturan-aturannya. Banyak produk-produk institusi pasar keuangan yang memberikan pelatihan dan seminar secara gratis, tidak ada salahnya untuk mengikuti program-program yang ditawarkannya. Hal ini dikarenakan, anda perlu terbiasa  Perusahaan perantara perdagangan (broker/pialang) biasanya juga memiliki fasilitas semacam ini. Ketiga, hal yang terpenting dari ini semua adalah mulai disiplin terkait dengan keuangan, dan jadikanlah hal itu suatu kebiasaan dalam pengelolaan keuangan pribadi anda. Penulis, terbiasa melakukan rasio pengelolaan dana yaitu 50% untuk konsumsi, 20% untuk berjaga-jaga, 30% untuk investasi. Jadi apabila anda memiliki penghasilan sebesar Rp4.500.000 per bulan, maka proporsi konsumsi/belanja hidup sehari-hari hanya diperbolehkan sebesar Rp2.250.000 saja, sedangkan sisanya Rp900.000 diperuntukan apabila anda sakit atau mengalami situasi yang merugikan kehidupan anda, dan sisanya lagi sebesar Rp1.150.000 anda gunakan untuk membeli produk-produk keuangan. 

Apakah seseorang pasti mendapatkan keuntungan berlebih di pasar modal?
Tidak ada seorang investor pun yang sanggup mendapatkan keuntungan berlebih di pasar yang efisien dan rasional. Dengan kata lain, tidak ada juga investor yang menderita kerugian berlebih. Tidak ada yang sanggup mengalahkan pasar (tempat dan beserta seluruh pihak yang bertransaksi), atau 'There is no such a free lunch in the market'. Pasar modal didesain dan dibangun dengan aturan yang mendasarkan pada fair-game. Justru yang paling penting untuk disadari dan diwaspadai oleh setiap seseorang yang menggeluti investasi adalah risiko dari investasi itu sendiri. Bahwa tidak ada suatu imbal hasil yang pasti di dunia ini, kecuali segala sesuatu yang dijanjikan oleh para pemuka agama. Di pasar keuangan, imbal hasil akan terjadi secara fluktuatif (naik-turun), tidak akan pernah ada dan akan ada sesuatu yang pasti selamanya naik terus dan turun terus. Perubahan-perubahan inilah yang disebut sebagai risiko. Kita harus selalu peka terhadap preferensi risiko anda sendiri dan juga selalu mengantisipasi segala perubahan-perubahan semacam ini, dengan cara belajar tentang ilmu keuangan dari waktu ke waktu.

Apakah tanpa kehadiran pasar keuangan, tidak akan berdampak apa-apa terhadap kemakmuran masyarakat?
Tentu saja ini anggapan yang keliru. Dengan adanya pasar keuangan pertukaran akan lebih efisien dan lebih mudah. Di dunia dikenal ada dua jenis sistem keuangan, yaitu (1) sentralistik-perbankan, (2) sentralistik-pasar modal. Hal ini nyata, dengan adanya regulasi pemerintah yang lebih menitik beratkan pada salah satu aliran tata kelola keuangan di suatu negara. Sederhananya, sistem ini mengakomodasi dua belah pihak baik ‘sisi kelebihan-surplus’ dan ‘sisi kekurangan-defisit’ dengan berfokus pada salah satu sistem tersebut, dan menyeimbangkan dengan yang lainnya. Pasar modal, sebagai bagian dari sistem sirkulasi kapital dalam hal ini, akan mempermudah dan mempermurah upaya penyelesaian masalah kelangkaan modal. Bayangkan ketika anda sedang membutuhkan dana untuk keperluan usaha anda, dengan adanya pasar modal anda dapat dengan cepat mendapatkan dana-dana yang diperlukan, alih-alih anda mengetuk pintu satu per satu, baik saudara ataupun teman dekat anda. Hal ini akan memangkas biaya-biaya anda apabila anda melakukannya secara gerilya, paling tidak secara biaya informasi (telepon, internet, operasional pencarian informasi, dlsb.) dan biaya transaksi (komisi calo kredit, pungutan-pungutan, potongan perantara, dlsb.). Karena, upaya pintu-ke-pintu ini juga memakan waktu yang panjang, maka biaya kesempatan anda untuk mendapatkan keuntungan segera karena kemampuan menjalankan usaha anda juga menjadi lebih tinggi dan pada akhirnya memberikan kerugian karena kesempatan (bayangkan usaha/bisnis anda batal karena tidak mendapatkan pinjaman). Secara matematis (lihat: Copeland, T. E., & Weston, J. F., 1992, Financial Theory and Corporate Policy, edisi ke-3) pun dapat dibuktikan bahwa dana-dana dapat dialokasikan secara efisien (baca: cepat dan berbiaya nol secara teoritis) dari individu-individu yang memiliki kesempatan-kesempatan produktifitas dan kemakmuran berlebih kepada individu-individu yang memiliki banyak kesempatan namun kekurangan dana.    

Adakah rekomendasi sumber informasi terkait pasar keuangan?
Ada beberapa sumber yang menurut hemat penulis bahwa situs-situs resmi institusi keuangan ini memberikan pemaparan yang cukup informatif dalam tahap perkenalan, antara lain: Untuk memulai investasi dapat mengikuti informasi di Yuk Nabung Saham dan Pengantar Investor yang keduanya merupakan program Bursa Efek Indonesia (Indonesian Stock Exchange-IDX), sedangkan untuk pengetahuan terkait dengan literasi keuangan dapat membaca literature-literatur Sikapi uangmu yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Akan lebih menguntungkan menjadi ‘pedagang’ ketimbang ‘investor’ di pasar modal?
Tentu saja hal ini tidak benar. Di pasar modal yang paling mendapatkan untung adalah seseorang yang disiplin dalam menjalankan prinsip-prinsip keuangan dan selalu setia mengamati perkembangan  informasi di pasar modal, beserta mempertimbangkan profil risiko produknya. Dalam hal ini 'pedagang' dan 'investor' serupa tapi tak sama sebagai pelaku pasar. Hal-hal yang paling jelas membedakan di antara kedua jenis pelaku pasar modal tersebut antara lain: (1) motifnya, dan (2) jangka waktu berdagangnya. Meskipun, secara motif sama-sama ingin memaksimumkan keuntungan, namun perbedaannya terletak pada sikapnya terhadap imbal hasil. Seorang investor, akan bersikap lebih sesuai dengan kebutuhan investasinya, misalnya melindungi nilai asetnya dari penurunan harga pasar, mengelola dana pensiun, mengelola persiapan dana kuliah anak, dan lain sebagainya. Jadi, dalam hal ini investor akan cenderung mempertimbangkan aspek fundamental perusahaan, bertransaksi dalam periode yang panjang (tiga sampai lima tahun). Sedangkan, seorang pedagang akan lebih bersikap oportunis murni dalam imbal hasil, ia mengejar peningkatan harga dalam setiap kesempatan yang dipraktikannya dalam berbagai bingkai waktu. Pedagang saham sama halnya dengan pedagang barang dan jasa lainnya, bedanya surat berharga yang dimilikinya sama dengan inventori, sehingga dalam praktiknya pedagang lebih memilih periode transaksi yang lebih singkat, lebih mengoptimalkan analisa teknikal, dan mencari nafkah dari pasar modal. Namun kenyataanya, istilah teknis pedagang ataupun investor hanyalah upaya kategorisasi belaka, kita sebagai pelaku perdagangan dan investasi adalah agen ekonomi yang ingin memaksimumkan keuntungan secara rasional.

***

“Wah, thanks banget nih sebelumnya, dah mau gue repotin.. jujur gue belum paham-paham amat sih setelah membaca, tapi gue justru malah jadi tertarik untuk tahu lebih jauh. Terus, kira-kira kapan lagi ada kelasnya ya, eh tapi gue kan bukan orang yang seiman sama lo, nih.. gak apa-apa aja gak gue ikutan?” Supri pun mendesak, karena belum mendapatkan kepastian jawaban di awal obrolannya dengan Silo.

“Kelasnya tuh setiap dua minggu sekali sih, bebas sih bisa buat siapa aja, ya asal lo nyaman aja sih datang di Paroki, lagi pula banyak juga kok yang bukan dari lingkungan gue ikutan nih kelas…cuma ya itu lo kalau mau ikutan harus lebih baik dari awal, karena apa ya, di sana lo lebih dituntut buat belajar otodidak sih, tapi ya lumayan banyak dikasih petunjuk-petunjuk gitu, biar kita gak gampang putus asa… soalnya emang pasar modal tuh sebenernya ya gampang-gampang susah.. jadi bukan masalah lo ikutan kelas saham ini itu sebanyak-banyaknya, tapi lebih berani ngulik sendiri sih… gitu… udah ah, kepo lu lama-lama, ntar malah nanyain nomer hape cewek-cewek yang ikutan kelas saham lagi…hahahaha… pokoknya gue kode deh kalau mulai ada kelas baru” Pungkas Silo kepada Supri, akhirnya mereka pun berpisah dan saling melanjutkan kegiatan mereka masing-masing.


Baca seri belajar pasar modal selanjutnya: (2) Sebuah Langkah Awal

Comments

Popular posts from this blog

Tutorial: Mengunduh Data Keuangan Dari Yahoo! Finance

Membuat Tabel (Siap) Publikasi di Stata

Triangulasi (Metode Campuran)