Karya Seni sebagai Alternatif Investasi

Sumber gambar: http://garudamagazine.com/images/img_travel_yogya5_okt2012.jpg

Sudah jamak di masyarakat bahwa emas merupakan alternatif investasi di luar instrument keuangan. Kestabilan harga emas dan persepsi bahwa harga emas yang relative tahan terhadap terpaan guncangan ekonomi makro membuat wahana investasi ini menjadi lirikan bagi banyak orang. Namun terdapat wahana lain yang sebenarnya juga dapat dijadikan alternatif yang sama baiknya. Karya seni jika tepat dipilih justru tingkat return yang didapat akan lebih baik dibandingkan produk-produk investasi lainnya.

Sumber gambar: http://ohdmuseum.com/0_repository/images/DSC_5961(2).jpg
Sebut nama Oei Hong Djien, seorang dokter asal magelang yang telah lama dan cukup gaek di dunia seni rupa, memiliki hobi untuk mengoleksi karya seni rupa. Bahkan hingga saat ini Hong Djien, sapaan akrabnya, telah memiliki museum pribadi di Magelang yang nilai koleksinya mencapai hingga 5 triliun rupiah[i]. Tentu saja bukan karena sebagai profesi dokternya Hong Djien dapat memenuhi hasratnya untuk mengoleksi karya seni, namun lebih karena keberhasilannya dalam berbisnis tembakau yaitu melanjutkan bisnis keluarganya. 

Tidak hanya perorangan yang memburu karya seni, namun banyak perusahaan yang bergerak di dalam industry keuangan juga turut serta meramaikan pasar produk-produk seni ini. Seperti Deutsch Bank , UBS, JP Morgan, merupakan sedikit contoh perusahaan dari sektor perbankan yang sejak lama juga ikut berinvestasi di produk ini[ii]. Keputusan-keputusan mereka untuk aktif mengubah portofolionya pada investasi non-produk keuangan, memiliki alasan tersendiri yang menguatkan bahwa memang karya seni merupakan investasi yang menarik. 

Hong Djien mengungkapkan ia memiliki strategi dalam mengoleksi karya seni antara lain uang (sumber daya kapital), pengetahuan, kecintaan, kesabaran, keberanian, hubungan, kualitas, waktu (timing), kemujuran, dan pengalaman[iii]. Sama seperti halnya jika kita mengadopsi perspektif ilmu keuangan. Bahwa dua aspek utama yang menjadi perhatian adalah return dan risiko. Return adalah nilai peningkatan aset yang kita miliki dan risiko merupakan tingkat ketidakpastian atas perubahan dari nilai aset kita tersebut. Nilai ekspektasi imbal hasil yang dijanjikan tentu saja sangat tergantung dari sejauh mana kita dapat mengolah informasi dari karya seni tersebut. Untuk itu maka dibutuhkan pengetahuan tentang industri seni rupa, hubungan dengan kolektor, seniman, kurator, galeri, museum dan pihak-pihak lain yang terkait, waktu (timing) untuk membeli atau menjual dan pengalaman. Meskipun demikian kita tidak boleh lupa atas faktor risikonya yang menuntut kita perlu memiliki kesabaran, keberanian, dan kemujuran. Dengan demikian dalam produk karya seni juga memiliki aspek spekulatif yang kita harus tetap mempertimbangkan imbal hasil dan risiko. 


Referensi



[iii] Oei Hong Djien, Perjalanan Kolektor Seni: dari hobi ke museum, Ringkasan ceramah di Art Asia Forum Hong Kong 23 Mei 2010, dalam Oei Hong Djien, 2012, Seni dan Mengoleksi Seni: Kumpulan Tulisan Dr Oei Hong Djien. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Comments

Popular posts from this blog

Tutorial: Mengunduh Data Keuangan Dari Yahoo! Finance

Membuat Tabel (Siap) Publikasi di Stata

Triangulasi (Metode Campuran)