Schizophrenic Soliloquy: Kapitalisme (bagian pertama)


“Aku berpikir, karenanya aku ada.”
“Aku meniadakan, karenanya aku ada”
“Aku mengkonsumsi, karenanya aku ada.”
“Aku berganti, karenanya aku ada.”
“Aku menjadi schizoprenia, karenanya aku ada”
“Aku ???, karenanya apakah aku ada???“

Sumber gambar: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/2e/7e/5a/2e7e5ae9de6f07d6d28ffb986978fa19.jpg

Berbincang dengan kawan itu menyenangkan, namun apabila anda bersama beberapa para INTJ*   tentu saja perasaan anda mendadak seperti ditabrak truk, logika anda seperti tersambar petir, kehilangan kata-kata dan lebih baik memilih untuk diam, dan pada akhirnya berpikir untuk tidak menghabiskan waktu luang bersama mereka untuk selama-lamanya. Anda tentu saja tahu bagaimana brutalnya kejujuran mereka apabila anda pernah menonton Gregory House atau Sherlock Holmes versi BBC. Sosok watak aneh, anti sosial, bermasalah pada romantisme, dan biasanya jika tidak menang hadiah nobel atau menduduki posisi penting di sebuah institusi, ya berakhir naas di rumah sakit jiwa untuk mendapatkan terapi schizophrenia (disini: menjadi di”schizophrenia”kan dalam versi kapitalisme).

Sumber gambar: https://doninmass.files.wordpress.com/2013/02/6qfsd-900x508.png

Obrolan soal kapitalisme yang dianggap seperti setan, menakutkan, dipersalahkan atas mistifikasinya, telah memporak-porandakan kehidupan manusia hingga yang paling hakiki. Kapitalisme sebuah kekuatan besar tanpa ampun yang membuat kekacauan dimana-mana melanda hingga relung jiwa setiap manusia. Kapitalisme merupakan sebuah mesin hasrat yang dirancang oleh manusia dan untuk manusia itu sendiri (Deleuze & Guattari, 1983). Sebuah mesin tentu saja memiliki sistem, mekanisme, elemen, organ, darah, hormon, dan komponen lain yang berfungsi secara otonomi dan integratif. Mesin yang dirancang untuk menyelesaikan berbagai masalah baik apa, bagaimana dan untuk siapa (Samuelson & Nordhaus, 2010). Kapitalisme (bdk. mesin produksi hasrat menurut Delueze dan Guattari) yang diciptakan untuk menutup setiap lubang kesenjangan (equilibrium) yang pada akhirnya menciptakan jurang kesenjangan baru (Magnis-Suseno, 1999). Apakah kapitalisme akan kemudian menjadi mesin hasrat tragedi?

Kapitalisme, sejauh mana kita mengenalnya? Marilah kita bertanya kepada Keynes, seperti apa mesin kapitalisme ini? Jawaban Keynes secara citra dapat digambarkan secara sederhana menjadi seperti ini:

Sumber gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/Circular_flow_of_income


Keynes (1936) menjawab dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money, kekuatan kapitalime yang pada akhirnya menjadi seperti ekosistem dalam natura, yang memproduksi benda-benda, objek-objek, hasrat, kegilaan pada dan atas setiap yang terkoneksi di dalamnya. Bipolarnya sistem ini pun diduga juga telah mentransformasi atas setiap individu bahkan hasratnya sendiri. Lebih jauh penjelasan Keynes mengenai aliran dari mesin ini ketika akar semunya dilekatkan pada kehidupan sosial-politis-budaya, dapat dicitrakan seperti berikut ini:    

Sumber gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/Circular_flow_of_income


Penjelasan singkat menurut Keynes kurang lebih dapat disarikan sebagai berikut:

Bahwa mesin ekonomi berjalan berdasarkan hukum permintaan dan penawaran. Kebutuhan di rumah tangga yang merupakan elemen paling dasar untuk terus tetap hidup dipenuhi oleh sektor bisnis/usaha. Transaksi yang terjadi dilumasi dengan kehadiran uang, sejalan dengan kebutuhan akan uang ini maka lahirlah sektor keuangan, yang berperan sebagai perantara dalam hubungan mesra, intim, tidak terputus, antara sektor rumah tangga dan sektor bisnis. Uang melalui sektor ini berdasarkan hukum ekonomi berperan serta menutup kesenjangan akibat kebutuhan akan sumber daya kapital ini (adanya penyaluran utang, sebagai penambal kesenjangan dengan kesenjangan baru). Karena mekanisme mesin ini juga memiliki mesin-mesin yang lebih kecil dalam produksinya, kita dapat melihat mesin-mesin besar yang lain, yaitu secara sosio-politik maka hadir pemerintah atau penguasa yang juga memiliki permintaan dan penawaran (adanya pemenuhan kebutuhan publik, keamanan negara, jaminan sosial, pajak, dsb). Di lingkup yang lebih besar lagi, dengan adanya hubungan dengan pihak luar (hubungan internasional melalui perdagangan) maka akan memiliki kekuatan aliran yang menjadi lebih besar dan kompleks. Sepanjang kapitalisme disepakati untuk tetap ada, maka secara ekonomi-sosial-politik-budaya akan menciptakan sebuah sistem besar yang menjadi mesin-mesin penyalur kebutuhan.
    
Kembali kita melihat dengan mikroskop, hal yang disampaikan Keynes kita mendapatkan citra yang dihadirkan Samuelson (1961) sebagai berikut:

Sumber gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/Circular_flow_of_income

Publik disini adalah siapa saja yang memiliki kehidupan secara luas, yang berhadapan secara tidak langsung dengan bisnis melalui kehadiran pasar itu sendiri. Bipolarnya kapitalisme disini memaksa individu manusia memiliki peran ganda, yaitu sebagai pekerja (produsen) dan hasil dari jerih payahnya akan digunakan untuk memenuhi perannya sebagai konsumen. Bayangkan apabila anda secara a priori menjadi bagian dari publik, dengan kondisi memiliki seorang istri yang anda cintai dan dua anak. Anda dan istri anda, karena alasan ekonomi keluarga maka anda bekerja (dalam makna ekonomi) di sektor bisnis, di perusahaan yang berbeda. Dalam kondisi ini apakah anda bisa membayangkan bipolarnya istri anda, dan bipolarnya anda di benak istri anda? Bahwa ketika individu yang berada di dalam sebuah sistem akan bertransformasi secara subliminal dan tanpa sadar, dapatkah anda bayangkan diri anda dan orang-orang disekitar anda terutama yang anda cintai ketika harus berada dalam sistem yang lebih besar (lihat gambar kedua)? Dapatkah anda berimajinasi peran anda ketika berada di kantor dan di rumah, dan sadarkah anda bahwa anda tanpa sadar pernah salah peran di panggung rumah tangga anda? Dapatkah anda fantasikan bilamana anda harus berhadapan dengan sistem terebut ketika anda memiliki masalah (realita dan hasrat yang tidak sejalan, misal: tuntutan perceraian, ketidakadilan, keamanan, kesehatan, pekerjaan yang sesuai dengan keinginan anda, kehidupan, bahkan kebebasan anda)? Apa perasaan anda apabila jika dalam kondisi modern ini anda dihadapkan pada rasa ketidakpercayaan pada sistem abstrak yang (kembali lihat gambar kedua) ada?

Sehingga, masalah bipolarnya (hubungan rumah tangga dan pekerjaan) kapitalisme ini ketika dihadapkan pada mekanisme sistem yang lebih besar lagi akan menciptakan polarisasi-polarisasi baru. Pencacahan-pencacahan dan diferensiasi baru, yang tentu saja akan mencacah peran-peran anda sebagai manusia, peran-peran yang membutuhkan tanda dan makna, untuk anda tetap hidup. Pekerjaan dalam makna yang lebih luas lagi (diluar makna ekonomi) dengan bersandar pada Marx merupakan sarana manusia, untuk menciptakan dirinya sendiri, kegiatan unik manusia, objektivasi dirinya, sifat sosial dari dirinya (Magnis-Suseno, 1999). Kapitalisme merupakan mesin pencacah belah, modernisme merupakan kekuatan turbonya, jika pekerjaan menjadi sarana perealisasian diri manusia, seharusnya bekerja mesti menggembirakan dan memberikan kepuasan, dalam kebanyakan orang pada sistem kapitalisme ini pekerjaan tidak merealisasikan hakikat mereka, tidak lagi bekerja berdasarkan kehendak bebasnya, melainkan terpaksa sebagai syarat untuk bertahan hidup. Jadi, pekerjaan tidak lagi mengembangkan melainkan mengasingkan manusia, baik dari dirinya sendiri, maupun orang lain (Magnis-Suseno, 1999, p. 95). Masalah polarisasi ini dalam kecepatan dan daya hancur kapitalisme ini selanjutnya akan semakin mencacah kepribadian manusia, dan sebagai konsumen manusia itu hanya mendapatkan kepuasan-kepuasan semu, kepalsuan-kepalsuan baru, kedustaan-kedustaan yang direkayasa oleh mesin-mesin hasrat kapitalisme, yang sesungguhnya tidak sesuai dan sejalan dengan hasrat hakiki manusia, dan akan menciptakan sybilisme**, satu jenjang menuju schizophrenia.

Ingin tahu bagaimana schizophrenia itu.. anda bisa menonton film The Black Swan (2010) berikut trailernya!


Tulisan ini didedikasikan untuk mengenang John Forbes Nash, seorang ekonom, matematikawan, game theorist, pemenang nobel, schizophrenia, INTJ, yang meninggal pada tanggal 23 Mei 2015 yang lalu.


Sumber gambar: http://www.quotationof.com/images/john-forbes-nashs-quotes-6.jpg


Terima kasih Prof. Nash! Karena tidaklah mungkin, masalah hidup kami tidak diselesaikan oleh seorang schizophrenia. To be continued...

  
* jika anda ingin tahu seperti kepribadian anda, silahkan mengikuti tesnya di http://www.mypersonality.info.
** Istilah sybilisme digunakan untuk mengasosiasikan kepribadian ganda menggunakan karakter Shirley Ardell Mason (lihat: https://en.wikipedia.org/wiki/Shirley_Ardell_Mason)

Daftar Bacaan
Deleuze, G., & Guattari, F. (1983). Anti Oedipus: Capitalism and Schizophrenia. Mineapolis: University of Minnesota.
Deleuze, G., & Guattari, F. (1987). A Thousand Plateau: Capitalism and Schizophrenia. Minneapolis: University of Minnesota Press.
Keynes, J. M. (1936). The General Theory of Employment, Interest and Money. London: Palgrave Macmillan.
Magnis-Suseno, F. (1999). Pemikiran Karl Marx: dari sosialisme utopis ke perselisihan revisionisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Maktinya Makna . Yogyakarta: Jalasutra.
Samuelson, P. A., & Nordhaus, W. D. (2010). Economics (19th ed.). New York: McGraw-Hill/Irwin.
Schumpeter, J. A. (1950). Capitalism, Socialism, and Democracy (3rd ed.). New York: HarperCollins.

Comments

Popular posts from this blog

Tutorial: Mengunduh Data Keuangan Dari Yahoo! Finance

Membuat Tabel (Siap) Publikasi di Stata

Triangulasi (Metode Campuran)