Posts

Recent Post

Tarot dan Ramalan

Image
Siapa yang tidak mengenal kartu tarot (baca: teiro)? Untuk yang terbiasa dengan perihal penerawangan nampaknya tidak asing dengan ramalan tarot. Ramalan model ini biasanya menjadi satu paket dengan ramalan dari barat, seperti halnya astrologi, dan numerologi. Ramal-meramal agaknya bisa dibilang kegiatan otentik manusia. Dari masa jaman antik, bahkan beberapa artefak-artefak hieroglif di Mesir kuno pun sudah menyertakan ramalan. Tak hanya itu bangsa Inca, Maya, Indian Amerika Utara, masyarakat pagan Eropa Utara, hingga sampai ke Tiongkok Daratan, mereka semua mengembangkan metodologi untuk melihat masa depan. Bahkan masyarakat suku Jawa pun juga memiliki metode peramalan yang disebut dengan Primbon. Pada artikel kali ini saya ingin membahas mengenai ramalan tarot, namun bukan dalam konteks sihir dan penerawangan, melainkan dari sudut padang sains modern. "The fool" kartu pertama dari arcana mayor kartu tarot Secara sederhana metode ramalan adalah sebuah alat untuk mengetahui m

MRT, Sarinah, dan Arena Ekonomi Kapitalis

Image
Akhirnya di akhir pekan ini aku memutuskan untuk keluyuran, “klintong-klintong” kalau orang jawa bilang. Sudah penat dan jumud rasanya menghadapi keluh kesah orang-orang sekitar yang melulu bercerita tentang kesulitan keuangan. Aku jujur gak habis pikir, salah mereka di mananya, tapi buat aku lebih sulit mengatur keinginan dari pada perihal keuangan. Berbagai ajakan diskusi melakukan start-up perusahaan, pun juga peluang-peluang bisnis aku ingkarkan begitu saja, pura-pura tak tahu dan tak peduli. Mode "pesawat udara" pun menjadi jurus andalan. Kalau untuk klien, aku dengan mudah menolak atau menjadwalkan ulang rapatnya, bilamana mereka meminta waktu pertemuan di hari Minggu. "Tuhan saja memilih untuk menganggur bung, apalagi aku kan!" Jalan-jalan kali ini aku memutuskan tanpa persiapan dan iterinari yang jelas. Tujuannya satu, ngelayap! Seperti biasa setelah mengurus urusan rumah tangga dan birokrasi dari Ibu yang sudah cukup sepuh dan lebih mengambil peran sebag

Kendali Diri, Waktu, dan Menunda Keinginan

Image
Nampaknya manusia memang cenderung tidak rasional. Meski kita ini telah memproklamirkan bahwa era modern adalah era rasional, dan telah berkembang jauh semenjak abad ke-17 waktu Descartes meletakan fondasi kesadaran murni. Bagaimana dengan manusia Indonesia, sudah rasionalkah mereka? Atau, seberapa sadarkah mereka bahwa mereka sudah rasional? Tentu saja, yang tidak rasional belum tentu melulu bermakna negative, tapi apa-apa yang serba tidak rasional itu justru menjauhkan kodrat manusia yang berpikir secara aktif dengan akal budinya. Perkara kesadaran dan berpikir ini memang menjadi problematis. Apalagi perihal ini terjadi di era budaya kapitalisme modern, yang nota bene seringkali produk-produknya memang benar membantu peri kehidupan manusia, namun juga yang khas dari budaya ini adalah daya hipnosisnya dan penghisapannya. Manusia dibuat untuk sebisa mungkin menjauh dari kesadaran murninya, dan terlarut dalam sajian-sajian yang menyerap sumber daya mereka yang paling berharga, ialah wak

Sic Mundus Creatus Est

Image
"Tampaknya, kefanaan ini memang sekonyong-konyong menjadi begitu berharga di hadapan ketiadaan." “Tic Tac Tic Tac Tic Tac…” begitulah yang diucapkan Helge Doppler, ia adalah seorang karakter pada serial film Dark. Ya, semenjak masa pageblug ini melanda dunia, kesadaranku diajak menelusuri lorong-lorong labirin pikiran. Aku pikir aku memang gila ringan, dan menonton tayangan Netflixlah menjadi paracetamol akan hal itu. Ah ya pageblug, apa yang baru dari hal itu, toh sejak zaman Nabi Musa pun juga sudah melanda bangsa Mesir, toh Albert Camus juga sudah bercerita panjang lebar dari sudut pandangnya. Sebuah cerita-cerita yang sejak masa-masa terpenjara di sekolah menengah sudah kunikmati lembar demi lembar bacaannya, terkait bagaimana kita memperjuangkan kehidupan ini secara habis-habisan. Mungkin ada benarnya juga, apabila sedang bergumul hendaknya jangan menonton tontonan yang be-rating tinggi. Sebaiknya tontonlah film-film action atau drama-drama remaja chicklit saja… Ah, ya

Hari Apa Yang Menguntungkan Untuk Berdagang Saham?

Image
TLDR: Dari perhitungan sederhana (Januari 2015 - Februari 2020) pada Indeks Harga Saham Gabungan, tidak ada hari yang menguntungkan untuk membeli saham (imbal hasil positif). Hari Senin memiliki tingkat imbal hasil -0.2%.    Uprit baru saja mendaftarkan dirinya untuk bisa berdagang saham melalui ponsel cerdasnya. Setelah terverifikasi dan bisa bertransaksi, ia ingat bahwa Neneknya di kampung memberikan petuah tentang adanya perhitungan hari baik dan hari buruk dalam melakukan segala sesuatu dalam hidup. Meskipun setengah tidak percaya, Uprit akhirnya memberanikan diri untuk membuktikan apakah cerita dari neneknya terbukti atau tidak. Berbekal komputer dan koneksi internet, Uprit lalu mengunduh data IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) selama 2015-2020 (Februari) melalui melalui program R Studio dengan perintah berikut: install.packages( "BatchGetSymbols" ) library(BatchGetSymbols) #Download data from YahooFinance getSymbols( '^JKSE' , from= '2015-01-01' )

Seri Belajar Pasar Modal (3—bagian II): Mengenal Alat Hitung Statistik dan Penerapannya dalam Investasi

Image
“Alisson, Salah, Fabinho pasti main, asal Matip kagak blunder kayaknya sih nih bisa naik ke puncak klasemen..” Supri ngedumel sendiri di warung Pak Kampto sambil membaca-baca ulasan Liga Premier dari gawai pintarnya. “To.. Kopi biasa yak!” tiba-tiba Silo masuk ke warung sambil meletakan tas dan duduk di samping Supri. Namun Supri tidak seperti biasa langsung menyambut sapaan teman dekatnya itu. Ia duduk serius masih sambil komat-kamit sendiri. “Eh.. lagi ngapain lu Pri, diem-diem manyun-manyun gitu..” Tanya Silo, Supri pun masih diam saja. “Wah yang di sini kok di-voor 1, wah mesti 3-0 kalau gw mau balik modal…hmm coba kalau yang tebak skor kemungkinannya gimana ya” Sambil corat-coret di buku tulis AA nya, Supri masih cuek dengan sekitarnya. Karena merasa dicuekin, Silo pun mulai mengganggu Supri. Sambil menggeplak punggung Supri, “Eh..Pri Gila Lo! Lagi kesambet setan apa kok sampe segitu seriusnya?” Supri pun kaget bukan kepalang. “Aaahhh..Setan lu Lo, gue lagi mikir keras i